Sepulangnya dari panti jompo, Rita dan ibunya sedang sibuk membereskan barang-barang ibu Andi. "Ini apaan sih? Benar-benar kampungan! Sampah semuanya!"
Baju-baju ibunya dibuang, dan tak sengaja ibu Rita membuang sebuah piala. "Piala butut begini masih disimpan!"
Melihat piala itu, Andi langsung tersentak. Itu adalah piala saat dirinya memenangkan lomba mengarang. Ternyata ibunya selalu menyimpan-nyimpan piala itu dan mengenangnya.
Lalu tak lama kemudian terlihat lagi minyak angin yang sering dipakai ibunya. Dulunya Andi selalu membantu ibunya mengoleskan minyak angin itu agar sakit kaki ibunya tidak kambuh.
Andi lalu teringat, dia pernah berjanji kepada ibunya untuk mengoleskan minyak ini setiap hari. Andi pun mulai khawatir,
kalau cuaca mulai dingin dan ibunya tidak mengoleskan minyak angin, kakinya akan kambuh lagi sakitnya.
Melihat semuanya itu dibuang oleh istri dan juga mertuanya, Andi akhirnya sadar akan kesalahan dia. Andi juga murka dan akhirnya memarahi istri dan mertuanya.
"Aku menikahimu dan kamu minta aku menyayangi ibumu, tapi kamu juga menikah denganku dan kenapa nggak menyayangi ibuku?!"
Andi lalu pergi dan segera mengendarai mobilnya ke panti jompo itu. Ia menyesali apa yang telah dia perbuat, betapa besar pengorbanan ibunya terhadap dirinya..